KONSEP FILSAFAT ISLAM
OLEH :
EKA WAHYU ANDAYANI
8135150584
PENDIDIKAN TATA NIAGA A
DAFTAR ISI
Daftar Isi...............................................................................................................................i
Kata Pengantar..............................................................................................................
.......ii
BAB 1 (PENDAHULUAN)
Latar Belakang......................................................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................................................2
Tujuan Penulisan Makalah....................................................................................................2
BAB 2 (ISI)
Pengertian Filsafat Secara
Umum.........................................................................................3
Pengertian Filsafat Islam.......................................................................................................4
Latar Belakang
Munculnya Filsafat Islam ...........................................................................6
Pendapat
Para Filsuf Islam....................................................................................................7
Dasar Filsafat Islam ............................................................................................................10
Kontribusi Filsafat Islam bagi Ilmu Pengetahuan...............................................................13
Filsafat dan
Rahasia Ibadah................................................................................................14
Pola Berpikir Filosofis.........................................................................................................21
BAB 3 (PENUTUP)
Kesimpulan..........................................................................................................................22
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................................23
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang mana atas
berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP
FILSAFAT ISLAM” ini dengan baik.
Shalawat beserta salam tak lupa pula sayahaturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua dari alam kegelapan ke alam yang
terang benderang yang disinari oleh ilmu pengetahuan, iman dan Islam.
Adapun
tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui konsep dasar ilmu
filsafatbaik dari Yunani maupun filsafat islam. Dalam penyusunan
saya sadar bahwasanya saya hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Alloh Ta’ala
hingga dalam penulisan dan penyusunan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa saya terima
sebagai upaya evaluasi diri.
Akhirnya saya berharap, bahwa dibalik tidak
kesempurnaan penyusunan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan suatu yang
dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis dan pembaca.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Jakarta,
November 2015
Penulis
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat merupakan bagian dari hasil kerja
berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan
universal. Sedangkan filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filosof
tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran Islam dalam
suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis serta dasar-dasar atau
pokok-pokok pemikirannya dikemukakan oleh para filosof Islam.
Ketika filsafat Islam dibicarakan, maka yang
terbayang dalam pemahaman kita adalah beberapa tokoh yang disebut sebagai
filosof muslim seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali,
dan seterusnya. Kehadiran para tokoh ini memang tidak bisa dihindarkan, tidak
saja karena dari merekalah kita dapat mengenal filsafat islam, akan tetapi juga
karena pada mereka benih-benih filsafat Islam dikembangkan.
Pengaruh dominan filsafat Yunani
terhadap pemikiran filsafat dalam Islam tidak terbantahkan, bahkan dominasi
tersebut diakui oleh para filosof Muslim. Secara diplomasi al-Kindi mengatakan
bahwa filsafat Yunani telah membantu umat Islam dengan bekal dan dasar-dasar
pikiran serta membuka jalan bagi ukuran-ukuran kebenaran. Karena itu, beberapa
teori filsafat Yunani, khususnya Aristo dipandang sejalan dengan ajaran Islam
seperti teori ketuhanan, jiwa dan roh, penciptaan alam dan lain-lain. Alkindi
dan juga beberapa filosof Muslim setelahnya muncul sebagai penerjemah,
pen-syarah dan juga komentator “Yunani”. Ibn Rusyd memandang Aristoteles
sebagai seorang pemikir terbesar yang pernah lahir, ia seorang bijaksana yang
memiliki ketulusan keyakinan. Maka dalam syairnya Divine Comedy, Dante
mengatakan Ibn Rusyd sebagai komentator terbesar terhadap filsafat Aristoteles
dimasanya mengalahkan keterkenalannya dalam pengetahuan lain seperti fisika,
kedokteran dan astronomi.
Dominasi pengaruh filsafat Yunani
demikian, tak pelak menimbulkan masalah dan tantangan tersendiri terhadap
eksistensi filsafat Islam. Secara internal munculnya kritisisme dan bahkan
tuduhan negatif oleh kalangan ulama orthodok terhadap pemikiran filsafat dalam
Islam. Secara eksternal ada sanggahan bahwa sebenarnya filsafat Islam tidak
ada, yang ada hanyalah umat Islam memfilsafatkan filsafat Yunani agar sesuai
dengan ajaran Islam. Persoalannya adalah apakah benar filsafat telah
menyelewengkan keyakinan Islam? Dengan demikian, benarkah para filosof Muslim
adalah ahli bid’ah dan kufr? Seperti terlihat dalam tuduhan-tuduhan kaum
orthodok. Persoalan ini sangat urgen untuk diselesaikan karena sudah menyangkut
persoalan sensitif keimanan dan karena ternyata ikhtilaf dalam metode keilmuan
untuk memahami ajaran agama sampai pada klaim-klaim kebenaran tentang status
agama seseorang.
1
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah pengertian filsafat secara
umum ?
2. Bagaimana konsep filsafat dalam
Islam dan pendapat para filsufnya ?
3. Apa sejarah muncul filsafat islam ?
4. Apa yang menjadi dasar konsep
filsafat islam ?
5. Bagaimana kontribusi filsafat islam
bagi ilmu pengetahuan ?
6. Apa macam-macam rahasia ibadah ?
7. Apa yang dimaksud pola berpikir
filosofis ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1.
Mengetahui garis-garis besar antara filsafat umum
(Yunani) dan filsafat islam
2.
Mengetahui dasar-dasar dan konsep filsafat islam
3.
Menyimpulkan bagaimana cara berpikir secara filosofis
2
BAB 2
ISI
A.
Pengertian
Filsafat Secara Umum
Filsafat/filosofi berasal dari kata
Yunani yaitu philos (suka) dan sophia
(kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein,
yang berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan
arti filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif.
Pada hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif.
Secara etimologi, filsafat adalah
berpikir secara sistematis, radikal, dan universal untuk mengetahui tentang
hakikat segala sesuatu yang ada seperti hakikat alam, hakikat manusia, hakikat
masyarakat, dsb. Filsafat juga merupakan suatu ilmu atau metode berfikir untuk
memecahkan gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu
dogma atau suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal:
etika/moral, estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal
pengetahuan, ontology/tentang manusia, dll.
Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang
bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian. Berikut ini dikemukakan
beberapa definisi tersebut :
1.
Plato (477 SM-347 SM). Ia seorang
filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada
Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang
ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
2.
Aristoteles (381SM-322SM),
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung
di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika.
3.
Marcus Tulius Cicero (106SM-43SM),
seorang politikus dan ahli pidato Romawi merumuskan filsafat sebagai
pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
Maka suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan pada
hakikinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Berfikir
kritis
Suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan senantiasa
bersifat kritis yaitu senantiasa mempertannyakaan segala
sesuatu,problem-problem, atau hal-hal yang lain.sifat kritis ini juga mengawali
perkembanggan ilmu pengetahuan modem.
2.
Bersifat konseptual
Berfikir secara konseptual. Yaitu
mengenai hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta
proses-proses individual. Berfikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan
dengan pemikiran terhadap perbuatan-perbuatanbebas yang dilakukan oleh
orang-orang tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh seorang psikolog,
melainkan bersangkutan dengan pemikiran.
3
3.
Kohereh (runtun)
Berfikir secara koheren dan
konsisten. Artinya, berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir dan tidak
mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan dengan berfikir secara runtut.
4.
Bersifat menyeluruh (komprehensif)
Berfikir secara komprehensif
(menyeluruh). Berfikir secara filsafat berusaha untuk menjelaskan alam semesta
secara keseluruhan
5.
Bersifat universal
Berfikir secara universal atau umum.
Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-hal serta suatu proses yang
bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang
diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
Berfikir secara universal atau umum.
Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-hal serta suatu proses yang
bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf adalah keumuman yang
diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam kenyataan.
7.
Bersifat sistematis
Sistematik artinya pendapat yang
merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan
terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu
8.
Bertanggungjawab
Bertanggungjawab
artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus
bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati
nuraninya sendiri.
B.
Pengertian
Filsafat Islam
Filsafat Islam terdiri dari dua kata yaitu filsafat dan Islam. Filsafat
berasal dari kata yunani, yaitu philosophia, kata beragkai dari kata
philein yang berarti mencintai, dan sophia berarti kebijaksanaan. philosophia
berarti: cinta akan kebijaksanaan (inggris : love of wisdom, belanda
: wijsbegeerte, arab : muhibbun al hikmah ), orang yang berfilsafat atau orang
yang melakukan filsafat disebut “filosof”, artinya pecinta kebijaksanaan.
Sedangkan kata Islam, secara semantik berasal dari akar kata salima artinya
menyerah, tunduk, dan selamat. Islam artinya menyerahkan diri kepada Allah, dan
dengan menyerahkan diri kepada-Nya maka ia memperoleh keselamatan dan kedamaian.
Jadi intinya filsafat
islam adalah berpikir
secara sistematis, radikal, dan universal untuk
mengetahui tentang hakikat segala sesuatu berdasarkan ajaran
Islam yang berorientasi pada
Al-Quran
dengan mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan wahyu Allah.
4
Filsafat Islam dapat dilihat dari ciri :
1. Dari segi sifat dan corak
2. Segi ruang lingkup pembahasan
3. Segi datangnya
4. Segi yang mengembangkan
5. Segi kedudukannya
Filsafat Islam merupakan produk dari
sebuah proses intelektual yang kompleks. Menurut Ahmad Fuad
al-Ahwany, filsafat Islam adalah suatu pembahasan yang meliputi berbagai soal
tentang alam semesta dan manusia atas dasar ajaran-ajaran keagamaan yang turun
bersama lahirnya agama Islam. Artinya, secara nilai,
filsafat Islam itu menembus berbagai disiplin seperti halnya Islam sebagai
agama yang fungsinya merahmati seluruh alam.
Meski terdapat perbedaan pendapat
tentang nomenklatur yang sesuai apakah filsafat Islam, filsafat Arab, filsafat
negara-negara Islam, filsafat dalam dunia Islam atau pun penyebutan yang
lainnya, namun penulis lebih cenderung sepakat dengan pendapat
Mulyadi Kartanegara yang menggunakan sebutan filsafat
Islam (Islamic philosophy). Mulyadi menguatkan setidaknya melalui 3
(tiga) alasan, yaitu:
1.
Pertama, ketika filsafat Yunani diperkenalkan ke
dunia Islam, Islam telah mengembangkan sistem teologi yang menekankan keesaan
Tuhan dan syariah, yang menjadi pedoman bagi siapapun. Begitu dominannya
pandangan tauhid dan syariah ini, sehingga tidak ada suatu sistem apapun,
termasuk filsafat, dapat diterima kecuali sesuai dengan ajaran pokok Islam (tawhid)
dan pandangan syariah yang bersandar pada ajaran tauhid. Oleh karena itu,
ketika memperkenalkan filsafat Yunani ke dunia Islam, para filosof Muslim
selalu memperhatikan kecocokannya dengan pandangan fundamental Islam.
Imbasnya, disadari atau tidak, telah terjadi “pengislaman” filsafat oleh para
filosof Muslim.
2.
Kedua, sebagai
pemikir Islam, para filosof Muslim adalah pemerhati filsafat asing yang
kritis. Ketika dirasa ada kekurangan yang diderita oleh filsafat Yunani,
misalnya, maka tanpa ragu-ragu mereka mengkritiknya secara mendasar. Contoh,
sekalipun Ibn Sina sering dikelompokkan sebagai filosof Peripatetik, namun ia
tak
segan-segan
mengkritik pandangan Aristoteles, kalau dirasa tidak cocok dan menggantikannya
dengan yang lebih baik. Beberapa tokoh lain seperti Suhrawardi, dan Umar bin
Sahlan al-Sawi, juga mengriktik sistem logika Aristoteles. Sementara al-‘Amiri
mengkritik dengan keras pandangan Empedokles
5
tentang
jiwa, karena dianggap tidak sesuai dengan pandangan Islam.
3.
Ketiga, adanya
perkembangan yang unik dalam filsafat Islam, akibat dari interaksi antara
Islam sebagai agama dan filsafat Yunani. Akibatnya, para filosof Muslim telah
mengembangkan beberapa isu filsafat yang tidak pernah dikembangkan oleh para
filosof Yunani sebelumnya, seperti filsafat kenabian, mikraj dan sebagainya.
C. Latar Belakang Munculnya Filsafat Islam
Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani
yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di
Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Ketika datang ke Timur Tengah pada
abad IV SM. Aleksander Agung membawa bukan hanya kaum militer
tetapi juga kaum sipil.Tujuannya bukanlah hanya meluaskan daerah kekuasaannya
ke luar Macedonia, tapi juga menanamkan kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang
dimasukinya. Untuk itu ia adakan pembauran antara orang-orang Yunani yang
dibawanya, dengan penduduk setempat. Dengan jalan demikian berkembanglah
falsafat dan ilmu pengetahuan Yunani di Timur Tengah, dan timbullah pusat-pusat
peradaban Yunani seperti Iskandariah (dari nama Aleksander) di Mesir, Antakia
di Suria, Selopsia serta Jundisyapur di Irak dan Baktra (sekarangBalkh)
diIran.
Ketika para
Sahabat Nabi Muhammad menyampaikan dakwah Islam ke daerah-daerah tersebut
terjadi peperangan antara kekuatan Islam dan kekuatan Kerajaan Bizantium di
Mesir, Suria serta Irak, dan kekuatan Kerajaan Persia di Iran. Daerah-daerah
ini,dengan menangnya kekuatan Islam dalam peperangan tersebut,jatuh ke bawah
kekuasaan Islam. Tetapi penduduknya, sesuai dengan ajaran al-Qur'an, bahwa
tidak ada paksaan dalam agama dan bahwa kewajiban orang Islam hanya
menyampaikan ajaran-ajaran yang dibawa Nabi, tidak dipaksa para sahabat untuk
masuk-Islam. Mereka tetap memeluk agama mereka semula terutama yang menganut agama
Nasrani dan Yahudi.
Dari warga
negara non Islam ini timbul satu golongan yang tidak senang dengan kekuasaan
Islam dan oleh karena itu ingin menjatuhkan Islam. Mereka pun menyerang agama
Islam dengan memajukan argumen-argumen berdasarkan falsafat yang mereka peroleh
dari Yunani.
Dari pihak
umat Islam timbul satu golongan yang melihat bahwa serangan itu tidak dapat
ditangkis kecuali dengan memakai argumen-argumen filosofis pula. Untuk itu
mereka pelajari filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani.Kedudukan akal yang tinggi
dalam pemikiran Yunani mereka jumpai sejalan dengan kedudukan akal yang tinggi
dalam al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Dengan demikian timbullah di panggung sejarah
pemikiran Islam teologi rasional yang dipelopori kaum Mu'tazilah. Teologi
rasional Mu'tazilah inilah, dengan keyakinan akan kedudukan akal yang tinggi,
kebebasan manusia dalam berfikir serta berbuat
dan adanya
hukum alam ciptaan Tuhan, yang membawa pada perkembangan Islam, bukan hanya
filsafat, tetapi juga sains, pada masa antara abad ke VIII dank e XIII M.
Ketika filsafat bersentuhan dengan Islam maka yang terjadi bahwa filsafat
terinspirasi oleh pokok-pokok
6
persoalan
yang bermuara pada sumber-sumber Wahyu Islam. Semua filosof muslim seperti al
Kindi, al Farabi, Ibn Sina, Mulla Sadra, Suhrawardi dan lain sebagainya hidup
dan bernafas dalam realitas Al Quran dan Sunnah. Kehadiran Al Quran dan Sunnah
telah mengubah pola berfilsafat dalam konteks Dunia Islam. Realitas dan proses
penyampaian Al Quran merupakan perhatian utama para pemikir Islam dalam
melakukan kegiatan berfilsasfat.
Kita ketahui
bersama bahwasanya filsafat di bagi tiga periode, periode pertama yang
merupakan awal munculnya filsafat yaitu berasal dari Yunani, karena di sana
terdapat beberapa orang yang cenderung menggunakan otak sebagai landasan
berpikir. Tokoh – tokoh seperti Socrates, Plato dan Aristotales. Periode kedua
yang merupakan masa pertengahan adalah filsafat Islam. Filsafat Islam klasik
mulai berkembang pada masa al-Kindi, yang mana menurut Sulaiman Hasan
bahwasanya tidak ada seorangpun filosof Islam kecuali al-Kindi, karena baginya
ia merupakan seorang filosof pertama dalam Islam begitu juga merupakan filosof
Arab pertama. Dalam pengembangan filsafatnya al-Kindi mengikuti falsafah
Arestoteles. Hal itu bisa dibuktikan dari buku-buku filsafat yang dikarang oleh
al-Kindi lebih banyak mengarah pada buku-buku karangan Aristotales.
Filsafat
Islam merupakan ilmu yang terpengaruh dengan filsafat Yunani. Ulama berbeda
pendapat mengenai ilmu ini ada yang menerima seperti cendekiawan yang tumbuh di
masa al-Mansyur dan al-Makmun karena mereka beranggapan bahwa filsafat yang di
terjemahkan berkisar pada ketuhanan, etika dan ilmu jiwa yang ada hubungannya
dengan agama terutama filsafat ketuhanan.
Pendapat
yang mengatakan bahwa filsafat Islam adalah hasil plagiat dari filsafat yunani
adalah salah, sebab pendapat itu hanya melihat dari segi aktifitas filosof
yunani dalam bergumul dengan fisafat yunani. Bahkan mereka tidak memandang dari
sudut ajaran yang ada dalam Islam dan pemikiran – pemikirannya.
Dengan
mempelajari filsafat Islam kita dapat memperoleh manfaat di antaranya:
a) Pengkajian fisafat dapat membawa kepada perubahan keyakinan dan nilai-nilai
dasar seseorang, yang pada gilirannyadapat mempengaruhi arah kehidupan yang
lebih baik.
b) Pengkajian filsafat dapat membuahkan kebebasan,toleransi terhadap pandangan
– pandangan yang berbeda, serta kemandirian intelektual.
c) Kebebasan intelektual dan sikap – sikap lainnya yang berkaitan, akan kita
peroleh dengan mengkaji persoalan – persoalan secara mendalam.
D.
Pendapat Para Filsuf Islam
1. Al-Kindi
Menurut Al-Kindi, seorang filsuf Islam menyatakan ilmu
tentanghakikat (kebenaran) sesuatu menurut kesanggupan manusia., yang mencakup
ilmu ketuhanan, ilmu keesaan, ilmu keutamaan, dan cara menjauhi perkara yang
merugikan.
7
Jika kita mencermati pemikiran Al-Kindi mengenai keberadaan
Tuhan maka kesimpulannya tidak jauh beda dari apa yang digagas oleh ulama
mutakallimin. Ia masih membuktikan keberadaan Tuhan melalui metode pengamatan
yang bersifat inderawi yaitu dengan baharunya alam dan keteraturannya. Namun
pada argumentasi mengenai ke anekaragaman alam untuk membuktikan keberadaan
Tuhan sangat nampak pemanfaatan logika mantiknya. Misalnya dengan proposisi
bahwa : Sang khalik adalah zat yang tidak sama dengan makhluknya, sedangkan
alam semesta yang sifatnya beraneka ragam adalah makhluk. Dengan demikian Tuhan
tidak mungkin beraneka ragam sebagaimana makhluknya. Berdasarkan logika mantik
tersebut Al-Kindi menyusun argumentasinya bahwa keanekaragaman mesti selalu ada
bersama keseragaman, dan itu tidak mungkin terjadi karena kebetulan namun
karena sebab lain. Sebab lain itulah yang ia maksud adalah Tuhan.
Apa
yang di gagas tentang keberadaan Tuhan oleh al-Kindi dengan bukti baharunya
alam memang merupakan hal yang dapat dijangkau oleh setiap manusia. Sebagaimana
argumentasi orang-orang arab bahwa tidak akan ada kotoran unta jika tidak ada
untanya. Namun ketika ia melampaui batas jangkauan akal dengan mencoba
membahas subtansi zat Tuhan bahwa Tuhan tidak berubah ataupun tidak bergerak
dengan alasan bahwa gerak hanya dimiliki oleh makhluknya, sementara Tuhan tidak
sama dengan makhluknya, maka menurut hemat penulis ia hanya menyimpulkan
demikian berdasarkan rumusan logika mantik, bukan berdasarkan pengamatan
inderawi dan juga tidak ada keterangan sedikitpun mengenai dzat Tuhan tersebut.
Oleh karena itu sesungguhnya hal yang demikian bukan hasil dari pemikiran
berdasarkan akal dengan keterbatasannya, namun tidak lebih hanya sekedar
spekulasi atau imajinasi yang didasarkan pada rumusan logika sebagai
justifikasinya.
2. Al-Farabi
Al-Farabi
(wafat 950M), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang
sebenarnya. Salah satu filsafat al-Farabi adalah teori emanasi yang di dapatnya
dari teori Plotinus apabila terdapat satu zat yang kedua sesudah zat yang
pertama, maka zat yang kedua ini adalah sinar yang keluar dari yang pertama.
Sedang Ia (Yang Esa) adalah diam, sebagaimana keluarnya sinar yang berkilauan
dari matahari, sedang matahari ini diam. Selama yang pertama ini ada, maka
semua makhluk terjadi dari zat-Nya.
Oleh
sebab itu, filsafat al-Farabi ini mencoba menjelaskan bagaimana yang banyak
bisa timbul dari Yang Satu. Tuhan bersifat Maha-Satu, tidak berobah, jauh dari
materi, jauh dari arti banyak, Maha Sempurna dan tidak berhajat pada apapun.
Kalau demikian hakekat Tuhan, bagaimana terjadinya alam materi yang banyak ini
dari Yang Maha Satu? Menurut al-Farabi alam ini terjadi dengan cara emanasi.
Persoalan
di atas, adalah sebuah rasa penasaran dari al-Farabi karena ia menemui
kesulitan dalam menjelaskan bagaimana terjadinya banyak (alam) yang bersifat
materi dari Yang Maha Esa (Allah) jauh dari arti materi dan Mahasempurna.
Dalam filsafat Yunani, Tuhan bukanlah pencipta alam, melainkan Penggerak
Pertama, ini telah dikemukakan oleh Aristoteles. Di dalam doktrin ortodoks
Islam (al-mutakallimin), Allah adalah pencipta, yang menciptakan dari tiada
menjadi ada. Al-Farabi dan para filosof Muslim lainnya mencoba untuk mengIslamkan
doktrin ini. Maka mereka mencoba untuk melihat doktrin Neoplatonis Monistik
tentang emanasi. Dengan demikian, Tuhan yang dianggap penggerak Aristoles
menjadi Allah Pencipta, yang menciptakan sesuatu dari bahan yang sudah ada
secara
8
pancaran.
Dalam arti, Allah menciptakan alam semenjak azali, materi alam berasal dari
energi yang qadim, sedangkan susunan materi yang menjadi alam adalah baharu.
Sebab itu, menurut filosof Muslim, Kun (jadilah) Allah yang termaktub dalam
al-Qur’an ditujukan kepada Syai (sesuatu) bukan kepada La syai’ (nihil).
Sebagai
contoh, Allah berfirman dalam Surat Yasin ayat 82.
”Sesungguhnya segala urusan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin ayat 82).
”Sesungguhnya segala urusan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin ayat 82).
Al-Farabi
berpendapat Tuhan sebagai akal, berpikir tentang diri-Nya, dan dari pemikiran
ini timbul suatu maujud lain. Tuhan merupakan wujud pertama (al wujudul awwal)
dan dengan pemikirannya itu timbul wujud kedua (al wujudul tsani) yang juga
mempunyai substansi. Ia disebut akal pertama (al aklu awwal) yang tidak
bersifat materi. Sedangkan wujud kedua berpikir tentang wujud pertama dan dari
pemikiran inilah timbul wujud ketiga (wujudul tsalis) disebut Akal Kedua (al
aklu tsani).
3.
Al Ghazali
Tentang
penciptaan alam, Al-Ghazali mempunyai konsep yang sangat berbeda dari konsepsi
yang dimiliki para filsuf Muslim. Para filsuf Muslim, termasuk Ibnu Rusyd,
berpendapat bahwa alam itu qadim, yakni tidak bermula dan tidak pernah ada.
Sementara itu, Al-Ghazali berpikir sebaliknya.
Bagi
Al-Ghazali, bila alam itu dikatakan qadim, mustahil dapat dibayangkan bahwa
alam itu diciptakan oleh Tuhan. Jadi paham qadim-nya alam membawa kepada
simpulan bahwa alam itu ada dengan sendirinya, tidak diciptakan Tuhan. Dan, ini
berarti bertentangan dengan ajaran Alquran yang jelas menyatakan bahwa Tuhanlah
yang menciptakan segenap alam (langit, bumi, dan segala isinya).
Bagi
Al-Ghazali, alam haruslah tidak qadim dan ini berarti pada awalnya Tuhan ada,
sedangkan alam tidak ada, kemudian Tuhan menciptakan alam, alam ada di samping
adanya Tuhan. Sebaliknya, bagi para filsuf Muslim, paham bahwa alam itu qadim
sedikit pun tidak dipahami mereka sebagai alam yang ada dengan sendirinya.
Menurut mereka, alam itu qadim justru karena Tuhan menciptakannya sejak
azali/qadim. Bagi mereka, mustahil Tuhan ada sendiri tanpa mencipta pada
awalnya, kemudian baru menciptakan alam.
Gambaran
bahwa pada awalnya Tuhan tidak mencipta, kemudian baru menciptakan alam,
menurut para filsuf Muslim, menunjukkan berubahnya Tuhan. Tuhan, menurut
mereka, mustahil berubah, dan oleh sebab itu mustahil pula Tuhan berubah dari
pada awalnya tidak atau belum mencipta, kemudian mencipta.
4. Avicenna, Dokter yang Ahli Filsafat
Ibnu Sina dikenal di Barat dengan
sebutan Avicienna. Selain sebagai seorang filosof, ia
dikenal sebagai seorang dokter dan penyair. Ilmu pengetahuan yang
ditulisnya banyak ditulis dalam bentuk syair. Bukunya yang
termasyhur Canon, telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh
Gerard Cremona di Toledo. Buku ini kemudian menjadi buku pegangan (text
book) dalam Ilmu Kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi
di Eropah, seperti Universitas Louvain dan Montpelier. Dalam kitab Canon,
Ibnu Sina telah menekankan betapa pentingnya penelitian eksperimental untuk
menentukan khasiat suatu obat. Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh
suatu jenis obat sangat tergantung pada ketepatan dosis dan ketepatan waktu
pemberian. Pemberian obat
9
hendaknya disesuaikan dengan kekuatan penyakit.
Kitab lainnya berjudul Al-Shifa diterjemahkan
oleh Ibnu Daud (di Barat dikenal dengan nama Avendauth-Ben Daud) di
Toledo. Oleh karena Al-Shifa sangat tebal, maka bagian
yang diterjemahkan oleh Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan ilmu logika, fisika
dan De Anima.[5]
Ibnu Sina membagi filsafat atas bagian
yang bersifat teoritis dan bagian yang bersifat praktis. Bagian yang
bersifat teoritis meliputi : matematika, fisika dan metafisika, sedang
bagian yang bersifat praktis meliputi : politik dan etika.
Dalam hal logika Ibnu Sina memiliki
pandangan serupa dengan para filosof Islam lainnyanya seperti Al-Farabi,
Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd, yang beranggapan bahwa logika adalah alat filsafat,
sebagaimana di tuliskan dalam syairnya :
a.
Perlulah manusia mempunyai alat
b.
Pelindung akal dari yang palsu
c.
Imu logika namanya alat
d.
Alat pencapai semua ilmu
E.
Dasar
Filsafat Islam
Dasar
adalah suatu landasan untuk berdirinya suatu, fungsi dasar ialah memberikan
arah pada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk
berdirinya sesuatu, setiap negara mempunyai dasar pendidikan sendiri.
Pencerminan filsafat suatu bangsa disusun dan oleh karna itu maka setiap sistim
pendidikan suatu bangsa itu berbeda karena mereka mempunyai falsafah hidup yang
berbeda, oleh karena menyangkut permasalahan falsafah maka dalam pola dasar
filsafat islam itu mengandung pandangan islam. Islam memandang bahwa setiap
fenomena alam adalah adalah hasil ciptaan Allah dan tunduk pada hukum-hukum
Mekanismenya sebagai Sunatulloh, oleh karena itu manusia harus dididik agar
mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai dalam hukum Allah.
1. Al-Qur’an
Suatu umat
yang dianugrahkan Tuhan suatu kitab suci al-qur’an yang lengkap dengan segala
petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal,
dasar-dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup yang
berdasarkan kepada al-qur’an.
Al-qur’an
diakui oleh orang-orang islam sebagai firman Allah dan karenanya ia merupakan
dasar bagi hukum mereka, Al-qur’an merupakan himpunan wahyu Tuhan yang samapi
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril, Al-qur’an tidak
diwahyukan secara keseluruhan tetapi turun secara sebagian-sebagaian sesuai
dengan
10
timbulnya
kebutuhan dalam masa kira-kira 23 tahun. Diturunkannya Al-qur’an secara
berangsur-angsur bertujuan untuk memecahkan setiap problema yang timbul dalam
masyarakat. Dan juga menunjukkan suatu kenyataan bahwa pewahyuan total pada
suatu waktu adalah mustahil, karena Al-qur’an turunnya petunjuk bagi kaum
muslimin dari waktu kewaktu yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan yang
terjadi. Al-qur’an sepenuhnya berorentasi tuk kepentingan manusia, dialah mata
air yang kepadanya berpokok segala mata air yang diminum tuk menetapkan hukum
al-qur’an dan menerangkan segala keperluan manusia, Al-qur’an sebagai tempat
pengambilannya menjadi sandaran segala dasar cabang yang menjelaskan tentang
pranata susila yang benar bail kehidupan manusia. Al-qur’an berisi aturan yang
sangat lengkap dan tidak pula punya celah, mempunyai nilai universal dan tidak
terikat oleh ruang dan waktu.
Al-qur’an
dianggap sebagai sumber syari’at islam, terutama dan terpenting dan
sumber-sumber yang mungkin untuk menjadi dasar falsafah pendidikan sesungguhnya
mereka (kaum muslimin) tidak membaca al-qur’an kecuali pada tingkat pengajaran
rendah itupun tanpa memahami maknanya dan menguasai dengan sempurna segala
kandungannya, padahal sebenarnya Al-qur’an itu perbendaharaan maha besar
meliputi perbendaharaan-perbendaharaan kebudayaan manusia. Terutama segi
sepiritualnya, al-qur’an merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara umum,
dan juga kitab pendidikan sosial.
Ibnu
Rushd begitu menghargai falsafah dan akal, karena tanpa akal ayat-ayat Al-qur’an
dan maksud penciptaan manusia secara umum tidak banyak mempunyai arti, akal dan
al-qur’an tidak bisa di pertentangkan. Jika kita menjumpai ayat-ayat Al-qur’an
yang seolah-olah bertentangan dengan akal, menurut Ibnu Rushd ayat itu haruslah
ditakwilkan seperti dia katakana secara tegas.
قان لان موافقافلا
قول هنالك وان الان مخالفاتولباتئويله (المفل : ٧٩)
Artinya :
Jika disana tak ada
pertentangan antara wahyu dan akal. Maka tak ada perlu dikatakan, tapi jika ada
perhitungan, maka wahyu haruslah ditafsirkan (fash, Almaqal : 97)
2. As-Sunnah (Hadits)
Dasar yang
kedua selain Al-qur’an adalah sunnah Rosulullah, amalan yang dikerjakan oleh
Rosulullah SAW proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama
pendidikan islam karena Allah SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi
umatnya. Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada istri
dan sahabtnya, dan seterusnya mereka mempraktekan pula seperti yang dipraktekan
Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain, perkataan atau perbuatan dalam
ketetapan Nabi.
Assunnah
ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rosul SWT yang dimaksud dengan
pengakuan itu ialah kejadian/perbuatan orang lain yang diketahui Rosulullah dan
11
beliau membiarkan saja kejadian/perbuatan itu
berjalan, sunnah yang berisi Aqidah dan syari’ah, sunnah berisi petunjuk
(pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina
umat menjadi manusia seutuhnya/muslim yang bertaqwa, untuk itu Rosul Allah
menjadi guru dan pendidik utama, beliau sendiri mendidik semua itu adalah
pendidikan dalam rangka membentuk manusia muslim dan msyarakat islam.
Oleh karena
itu sunnah merupakan landasan ke dua bagi cara Pembina pribadi manusia muslim, sunnah
selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang, itulah sebabnya mengapa
ijtihad perlu di tingkatkan dalam memahaminya termsuk sunnah yang berkaitan
dengan pendidikan.
Assunnah
sebagai dasar islam tidak terlepas dari fungsi as-sunnah itu sendiri terhadap
al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap al-qur’an adalah sangat penting, ada
beberapa pembenaran yang mendesak untuk segera di tampilkan, yaitu as-sunnah
menerangkan ayat-ayat Al-qur’an yang bersifat umum, maka dengan sendirinya yang
menerangkan itu terkemudian dari yang diterangkan, assunnah mengkhidmati Al-qur’an,
memang assunnah menjelaskan mujmal al-qur’an menerangkan muskilnya memanjangkan
keringkasannya.
Prinsip
menjadikan al-qur’an dan hadits sebagas dasar pendidikan islam bukan hanya di
pandang sebagai kebenaran keyakinan semata, lebih jauh kebenaran itu juga
sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh akal yang sehat dan bukti
syarah. Dengan demikian barangkali wajar jika kebenran itu kita kembalikan
kepada pembuktian kebenaran pernyataan Allah SWT dalam Al-qur’an, kebenaran
yang dikandungnya adalah kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran spekulatif dan
relativ, hal ini sesuai dengan jaminan Allah.
Hadits
Rosulullah SAW mengutus sahabat Mu’adz ra. untuk menjadi pemimimpin agama di
negeri yaman, beliau di tanya oleh Rosululluh SAW.
قال : لم
تحكم ؟ قال : بكتاب الله. قال : فان لم تجد ؟ قال : بسنة رسول الله
قال : فان لم
تجد ؟ قال اجتهدرأي
Artinya:
Tanya Nabi dengan apa engkau menghukum jawab Muadz
dengan kitab Alloh, Nabi berkata jikalau engkau tidak dapati jawab Mu’dz saya
berijtihad dengan pikiran saya.
Khalifah
Umar bin Khattab ra. pernah mengirim surat kepada Syuraih, ketika ia menjabat
qodhi.
إذا أتك
امرفا قض ليما ني كتاب الله. فان اتك ماليس فى كتاب الله فاقض بما فيه سنّ فيه
رسول الله ص.م
Artinya :
12
Apabila datang kepada engkau suatu urusan, maka
hukumkanlah dengan apa yang ada didalam kitab Allah, jika datang kepada engkau
barang apa yang tidak didalam kitab Allah, maka hukumkanlah dengan apa yang
pernah di hukumkan oleh Rosulullah.
Oleh sebab
itu maka andaikata ada sebagai ummat yang mengaku sebagai umat islam
berkata/berpendapat, bahwa tentang urusan agama cukup mengikuti Al-qur’an saya,
tidak asah dengan assunnah, maka mereka itu adalah sesat dari jalan yang benar
dan sudah tidak mengikuti pimpinan Al-qur’an, karena Al-qur’an telah
memerintahkan dengan jelas dalam beberapa ayatnya bahwa umat islam harus
mentaati (mengikuti pimpinan) Rasul, demikian maka sahabat Abdullah bin Umar ra
pernah berkata.
من خالف
السنه فقد كفر
Artinya :
Barang siapa menyalahi akan
sunnnah, maka kufurlah ia.
Al-qur’an
di yakini kebenaran dengan tegas, sedang as-sunnah masih di sangka
kebenarannya, jelasnya al-qur’an itu dari segi ketetapan dan kenyataannya dari
sangka, kecuali yang bertingkatan mutawatir oleh sebab itu yang maqthu
(diyakini dengan tegas) harus didahulukan dari pada yang madrun (disangka)
dengan demikian, maka wajiblah mendahulukan al-qur’an daripada as-sunnah.
As-sunnah
itu adakalanya untuk menjadi keterangan bagi al-qur’an dan kalanya untuk
menambah keterangan saja, maka dengan sendirinya as-sunnah terkemudian
al-qur’an, yakni yang menerangkan itu terkemudian dari yang diterangkan maka
jika as-sunnah terjadi keterangan tentu saja ia menjadi yang kedua sesudah yang
diterangkan, maka al-qur’an harus di dahulukan.
F.
Kontribusi
Filsafat Islam bagi Ilmu Pengetahuan
Filsafat Yunani, diakui atau tidak,
memang merupakan salah satu sumber filsafat Islam, dan bukan satu-satunya.
Sebab, filsafat Islam juga bersumber dari Persia, India, Tiongkok dan sebagainya.
Menurut beberapa pemikir seperti Oliver Leaman dan CA. Qadir, bahwa pemikiran filsafat Islam tidak bersumber atau
diimport dari filsafat Yunani, akan tetapi benar-benar berdasar pada
ajaran-ajaran pokok Islam sendiri, yaitu al-Quran dan al-Sunnah. Meskipun
demikian, harus diakui bahwa rasionalisme menjadi lebih berkembang pesat setelah
bertemu dengan logika-logika Yunani lewat penterjemahan-penterjemahan yang
dilakukan.
Apabila
menelaah filsafat Islam sebagaimana dipahami oleh tokoh-tokoh besarnya,
seperti Ibnu Sina hingga Mulla Shadra, maka filsafat Islam meliputi metafisika
dan juga
13
fisika. Sayang,
kita telah kehilangan jejak pemikiran gemilang itu. Pada abad 12 M telah
terjadi penerjemahan besar-besaran ke dalam bahasa Latin dan Ibrani, sehingga
pengaruh besar filsafat Islam ini menyadarkan orang Eropa dari Abad Kegelapan
yang mereka alami dari abad 6 M-16 M. Bahkan, pada abad kegelapan Barat,
filsafat Islam justru menjadi landasan bagi abad pencerahan Islam, dimana
kemajuan yang ada bukan hanya dalam ilmu agama (ulumul quran, hadits, fiqih),
tapi juga ilmu yang sekarang disebut sebagai ilmu umum (matematika, kimia,
astronomi, musik, fisika, kedokteran dan lainnya).
Masa-masa keemasan perkembangan
filsafat Islam mengalami tantangan yang sangat serius ketika al-Ghazali menulis
kitab Tahâfut al-Falâsifah,
dan disusul dengan kitab berikutnya, al-Munqidz
min al-Dlalâl. Meskipun kedua
risalah ini sebenarnya tidak menyerang filsafat secara keseluruhan, kecuali
persoalan metafisika, khususnya filsafat al-Farabi dan Ibnu Sina, namun demikan secara keseluruhan buku
tersebut mewarnai kecenderungan umum umat Islam untuk menghindari filsafat.
Usaha Ibnu Rusyd menjawab serangan
al-Ghazali dengan mengeluarkan kitab Tahâfut
al-Tahâfut, sepertinya tidak
berhasil menggairahkan kembali pemikiran filsafat Islam. Bahkan, setelah Ibnu
Rusyd, gema filsafat Islam semakin tak terdengar dalam kancah intelektual
Islam, kecuali dalam Mazhab Syiah. Di kalangan elit terpelajar ini,
pemikiran filsafat tetap saja berjalan dan hidup, sehingga masih lahir
tokoh-tokoh terkemuka seperti Mulla Shadra (1571 M – 1640 M), Mulla Hadi
Sabziwari (1797 M – 1873 M) dan lainnya.
Di dunia Sunni sendiri, khususnya di
era modern perkembangan filsafat Islam menemukan gairahnya pada saat Muhammad
Iqbal (1877–1938 M) yang berusaha mengobarkan kembali elan vital pemikiran Islam, disusul
kemudian beberapa filosof Islam kontemporer seperti Fazlur Rahman, Hassan
Hanafi, Muhammad Abed al-Jabbiri, Seyyed Hossein Nasr, dan lainnya.
Dalam
rangka menuju perkembangan filsafat Islam kontemporer yang lebih produktif
lagi, tentu saja kesungguhan dari umat Islam, khususnya di Indonesia, sangat
dibutuhkan. Setidaknya untuk memperbaiki berbagai sistem pendidikan Islam,
secara khusus di lingkungan perguruan tingginya, sehingga diharapkan bisa lebih
aktif mereproduksi berbagai warisan khazanah intelektual yang kemudian
bisa dijadikan landasan filosofis untuk kebangkitan peradaban Islam secara
makro.
G. Filsafat dan Rahasia Ibadah
Kata Filsafat memiliki banyak sekali arti, baik arti
sempit maupun luas. Dalam hal ini Filsafat ibadah terdiri dari dua kata yaitu
filsafat dan ibadah. Kaitannya dengan filsafat ibadah, filsafat itu sendiri
diartikan secara etimologi yaitu memiliki arti berfikir bijaksana dan
secara terminologi filsafat berarti mencari hakikat kebenaran. Sedangkan
ibadah secara etimologi, berarti taat, tunduk, patuh dan sebagainya, sedangkan
secara terminologi ibadah berarti penghambaan diri seseorang terhadap Sang
Khaliq dengan menjalankan segala perintah-perintahnya serta menjauhi
larangan-larangannya. Ibadah tidak hanya berupa shalat,
14
zakat, puasa dan haji tetapi ibadah dapat
berupa doa dan dzikir serta segala amal perbuatan yang diridhoi oleh Allah Swt.
Di bawah ini akan dijelaskan mengenai filsafat ibadah berupa ibadah shalat,
zakat, puasa, dan haji.
- Filsafat Shalat
Menurut bahasa shalat artinya adalah
berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratkan
yang ada.
Secara lahiriah shalat
berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri
dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat
yang telah ditentukan. Adapun secara hakikinya ialah” berhadapan hati (jiwa)
kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan
didalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya”atau” mendahirkan
hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan
pekerjaan atau dengan kedua-duanya.
Shalat di nilai sah dan
semprna apabila shalat tersebut di laksanakan dengan memenuhi syarat-syarat dan
rukun-rukun dan hal-hal yang disunnahkan serta terlepas dari hal-hal yang
membatalkanya.
·
Syarat-syarat Shalat
Syarat-syarat Shalat
adalah sesuatu hal yang harus di penuhi sebelum kita melaksanakan shalat.
Syarat Shalat di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Syarat wajib Shalat adalah syarat yang
wajib di penuhi dan tidak bisa di nego-nego lagi. Seperti Islam, berakal dan
tamziz atau baligh. suci dari haid dan nifas serta telah mendengar ajakan
dakwah islam.
b. Syarat sah shalat itu ada 8
yaitu:
1. Suci dari dua hadas
2. Suci dari najis yang berada pada
pakaian, tubuh, dan tempat shalat.
3. Menutup aurot
4. Aurat laki-laki yaitu baina surroh wa
rukbah( antara pusar sampai lutut), sedangkan aurot perempuan adalah
jami’i badaniha illa wajha wa kaffaien (semua anggota tubuh kecuali
wajah dan kedua telapak tangan).
5. Menghadap kiblat
6. Mengerti kefarduan Shalat
7. Tidak meyakini salah satu fardu dari
beberapa fardu shalat sebagaisuatu sunnah.
15
8. Menjauhi hal-hal yang membatalkan
Shalat.
·
Rukun Shalat
Shalat mempunyai
rukun-rukun yang harus dilakukan sesuai dengan aturan dan ketentuannya,
sehingga apabila tertinggal salah satu darinya, maka hakikat shalat tersebut
tidak mungkin tercapai dan shalat itu pun dianggap tidak sah menurut syara`.
1. Niat.
2. Takbiratul Ihram.
3. Berdiri Pada Saat Mengerjakan Shalat
Fardhu
4. Membaca al-Fatihah.
5. Ruku’.
6. Sujud dua kali setiap raka'at
7. Duduk antara dua sujud
8. Membaca tasyahud akhir
9. Duduk pada tasyahud akhir
10. Shalawat kepada Nabi SAW setelah
tasyahud akhir.
11. Duduk diwaktu membaca shalawat.
12. Memberi salam
13. Tertib.
·
Macam-macam Pelaksanaan Shalat
a. Macam-macam
shalat
Dilihat hukum
melaksanakanya, pada garis besarnya shalat di bagi menjadi dua, yaitu shalat
fardu dan shalat sunnah. Selanjutnya shalat fardu juga di bagi menjadi dua,
yaitu fardu ain dan fardu kifayah. Demikian pula shalat sunah, juga di bagi
menjadi dua, yaitu sunnah muakkad dan ghoiru muakkad.
ü Shalat
fardu
Shalat fardu adalah
shalat yang hukumnya wajib, dan apabila di kerjakan mendapatkan pahala, kalau
di tinggal mendaptkan dosa. Contohnya: shalat lima wakktu, shalat jenazah dan
shalat nadzar. Shalat fardu ada 2 yaitu:
16
- Fardu Ain adalah shalat
yang wajib di lakukan setiap manusia. shalat ini di laksanakan sehari semalam
dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar, magrib) dan juga shalat
Jum’at.
- Fardu kifayah adalah
shalat yang di wajibkan pada sekelompok muslim, dan apabila salah satu dari
mereka sudah ada yang mengerjakan maka gugurlah kewajiban dari kelompok
tersebut. Contoh: shalat jenazah.
Shalat fardu karena
nadzar adalah shalat yang di wajibkan kepada orang-orang yang berjanji kepada
Allah SWT sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang
telah di terimanya. Contoh : Ahmad akan melasanakan ujian, dia bilang kepada
dirinya dan teman-temanya, “ nanti ketika saya sukses mengerjakan ujian
dan lulus saya akan melakukan shalat 50 rokaat “ ketika pengumuman dia
lulus maka Ahmad wajib melaksanakan Shalat nadzaR
ü Shalat
Sunnah
Shalat Sunnah adalah
shalat yang apabila di kerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak di
kerjakan tidak mendapatkan dosa. Shalat sunah di sebut juga dengan
Shalat tatawu’, nawafil, manduh, dan mandzubat, yaitu shalat yang di anjurkan
untuk di kerjakan. Shalat sunnah juga di bagi 2 yaitu:
- Sunnah Muakkad adalah
shalat sunah yang sealalu dikerjakan atau jarang sekali tidak dikerjakan oleh
Rosulluloh SAW dan pelaksanaannya sangat dianjurkan dan di tekankan separti
solat witir, solat hari raya dan lain-lain
- Sunnah ghaeru muakkadah adalah
solat sunah yang tidak selalu dikerjakan oleh Rosulluloh SAW,dan juga tidak di
tekan kan untuk di kerjakan solat.
·
Hikmah-Hikmah Shalat
Yang termasuk hikmah
shalat yaitu:
1. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada
Allah dan mengingatNya
2. Mencegah dari perbuatan yang keji dan
mungkar
3. Mendekatkan diri kepada Allah
4. Penyerahan diri manusia kepada Allah secara
tulusn ikhlas
5. Meningkatkan disiplin, sabar, dan khusuk
6. Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa raga
7. Meningkatkan sifat toleransi terhadap
sesama manusia
2. Filsafat
Zakat
17
Menurut bahasa zakat berarti suci atau subur sedangkan menurut istilah
zakat ialah mengluarkan sebagian harta untuk diberikan kepada mereka yang
berhak, menurut aturan yang telah ditentuakan al Quran dan Sunnah rasul.
Pada masa Rasulallah harta yang boleh dizakatkan ada
lima yaitu perhiasan (emas dan perak), barang perniagaan, tumbuh-tumbuhan,
binatang seperti unta, sapi biri-biri, dan barang logam serta barang simpanan
jahiliyah. Sebanya karena harta-harta tersebut dapat berkembang dan subur baik
secara langsung maupun tidk langsung. Para ulama membagi harta menjadi tiga
golongan yaitu harta yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
misalnya runah, perlengkapan rumah tangga dan kendaraan; harta yag dimiliki
untuk memperoleh keuntungan atau harta berkembang dan subur, misalnya tanah
yang ditanami, binatang ternak, dan barang dagangan; harta yang dapat dikatakan
ebagai harta yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dpat pula
dikatakan sebagai harta berkembang, misalnya emas dan alat-alat pertukangan.
Adapun
hikmah dan rahasia zakat dari segi yang mengeluarkan zakat yaitu :
1. Menyucikan diri dari sifat kikir dan cinta harta berlebihan
2. Memperbanyak sifat-sifat baik dan harta itu sendiri
3. Mendekatkan diri kepada Allah
4. Menjadi bukti rasa syukur
5. Mengekalkan pahala
1. Menyucikan diri dari sifat kikir dan cinta harta berlebihan
2. Memperbanyak sifat-sifat baik dan harta itu sendiri
3. Mendekatkan diri kepada Allah
4. Menjadi bukti rasa syukur
5. Mengekalkan pahala
Adapun
hikmah dan rahasia zakat dari segi penerima zakat yaitu :
1. Menghilangkan kesulitan hidup fakir miskin
2. Memelihara fakir miskin dari kehinaan
3. Membantu orang-orang yang berhutang untuk membayar hutangnya
4. Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanannya
5. Membantu orang-orang yang berjuang dijalan Allah
1. Menghilangkan kesulitan hidup fakir miskin
2. Memelihara fakir miskin dari kehinaan
3. Membantu orang-orang yang berhutang untuk membayar hutangnya
4. Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanannya
5. Membantu orang-orang yang berjuang dijalan Allah
Adapun
hikmah dan rahasia zakat dari segi keduanya adalah dapat menyempurnakan
imannya, baik bagi yang miskin maupun yang kaya serta mewujudkan kasih sayang
dan persaudaraan antara kedua belah pihak.
3. Filsafat
puasa
Ada dua rahasia waktu puasa yaitu puasa pada bulan
ramadhan dan puasa pada bulan diantara bulan tahun hijriah. Menurut sebagian
ulama puasa dilakukan pada bulan ramadhan karena dalam bulan ramadhan ini diturunkan
Al Qur’an dan Rasulallah SAW menerima permulaan wahyu (surat Al Baqarah (2)
:135). Puasa pada dasarnya menahan makan, minum, dan hubungan seksual, namun
sebenarnya tidak hanya itu. Sehubungan dengan hal ini puasa dapat dibagi
menjadi tiga tingkatan yaitu :
18
§
Tingkatan puasa umum, mencakup menahan makan, minum
dan hubungan seksual.
§
Tingkatan puasa khusus, mencakup menahan makan, minum,
hubungan seksual, dan menahan anggota badan dari perbuatan dosa. Untuk mencapai
tingkatan puasa khusus ini diperlukan beberapa syarat tertentu.
§
Tingkatan puasa Ahlul ma’rifah, yaitu menahan makan,
minum, hubungan seksual, dan menahan hati dari segala cita-cita yang hina,
pikiran duniawi, dan segala hal selain Allah, karena semata-mata mengharapkan
keriedlaan Allah.
Hikmah dan
rahasia puasa dilihat dari beberapa segi :
a. Segi
Fisiologis
Dalam otak
manusia terdapat saraf yang disebut saraf penahan ysng berfungsi mengendalikan
tingkah laku. Sehingga pada waktu puasa saraf penahan ini dapat terkendali
karena pada saat puasa kita menahan diri dari beberapa hal yang dapat
membatalkan puasa seperti makan, minum, hubungan seksual, dll. Dengan demikian
puasa merupakan system pendidikan untuk mengendalikan perut, seksual, dan
tingkah laku yang terlarang. Dalam puasa etika kaidah-kaidah moral yang dipakai
dalam menumbuhkan dan membentuk sifat saraf penahan bersifat universal, karena
berasal dari wahyu Allah dan sunnah Rasul.
b. Segi
Spiritual
§
Dapat meningkatkan kekuatan rohaniah.
§
Dapat menjauhkan diri dari kepentingan pribadi dan
berbuat baik kepada orang lain, serta menimbulkan perasaan yang berkaitan
dengan sifat-sifat Allah.
§
Membiasakan diri bersabar
§
Memperingatkan diri bahwa manusia itu hanyalah hamba
Allah yang sangat lemah.
§
Menumbuhkan kekuatan pikiran dan hati.
Serta masih
banyak hikmah-hikmah yang lain yang tentunya sangat berdampak baik pada
kehidupan jasmani dan rohani manusia.
4. Filsafat
Haji
Haji merupakan ibadah yang memiliki rukun-rukun yang
sangat kompleks, dan tiap amalan tersebut mengandung rahasia tertentu. Adapun rahasianya
adalah sebagai berikut :
ü Rahasia
memakai ihram
§
Mengingatkan bahwa kelak jika kita meninggal
mengenakan kain kafan untuk membungkus tubuh kita.
§
Memperkuat kemauan
§
Menjauhi syahwat
§
Menghilangkan perbedaan daam masyarakat
ü Rahasia
thawaf
§
Ibarat berkumpul dan berkeliling hati di sekitar
kesucian Allah.
19
§
Menyerupai para malaikat yang mendekati Allah dan
mengelilingi arsy
§
Menyatakan kebesaran Baitullah
ü Rahasia
mencium al-Hajru al-aswad
§
Ibarat melekukan janji dengan Allah intuk
mentaati-Nya.
ü Rahasia sa’i
antara ash-Shafa dan al-Marwah
§
Mengenang perbuatan Ibu Isma’il
§
Menumbuhkan rasa syukur pada waktu memperoleh apa yang
dibutuhkan walaupun sudah lelah.
§
Untuk memohon turunnya rahmat Allah dan untuk
mengharapkan ampunan serta kerelaan-Nya.
§
Mengingatkan akan mondar-mandirnya antara dua daun
neraca al Mizan dengan mengumpamakan as-Shafa dengan daun neraca kebaikan dan
al-Marwah dengan daun neraca kejahatan.
ü Rahasia
wuquf di Arafah
§
Mengingatkan lapangan luas tempat dimana semua umat
berkumpul pada hari kiamat.
§
Menyerahkan diri dengan hati yang tunduk dan takut
dengan tangan menengadah ke langit untuk memohon dan mengharapkan curahan
rahmat serta berkah dari Allah.
ü Rahasia
singgah di Mina
§
Memperlihatkan kebesaran Islam.
ü Rahasia
melempar jamrah
§
Meneladani Nabi Ibrahim pada waktu menaati perintah
Allah melempari Iblis yang menggodanya dengan batu untuk mngusirnya.
§
Sebagai ibarat yang menggambarkan kutukan terhadap
kejahatan.
§
Sebagai ibarat untuk menyatakan kesungguhan dan
kemauan untuk menyingkrkan hawa nafsu yang merusak.
ü Rahasia
penyembelihan Qurban
§
Meneladani Nabi Ibrahim pada waktu menaati perintah
Allah untuk menyembelih anaknya, kemudian diganti dengan biri-biri.
§
Mengenang nikmat Allah yang dilimpahkan kepada
Isma’il.
§
Mendekatkan diri kepada Allah semoga Allah membebaskan
bagian dari badan kita dari neraka dengan tiap-tiap bagian tubuh dari binatang
itu.
ü Rahasia
mencukur rambut
§
Menyatakan selesai dari ihram, sebagaimana salam dalam
shalat.
§
Membersihkan diri dari rambut yang panjang dan
dibiarkan kusut.
Selain amalan-amalan yang dilakukan dalm ibadah haji
memiliki rahasia, Ibadah haji itu sendiri juga mengandung hikmah dan rahasia
sebagi berikut dilihat dari beberapa segi.
a. Dari segi
aqliah
§
Mendorong umat islam untuk mencari kekayaan yang
sebanyak-banyaknya, karena untuk menyempurnakan agama dengan beribadah haji
memerlukan biaya yang banyak.
20
§
Melatih berkorban
§
Melatih umat islam berani menempuh kesulitan
§
Mewujudkan pertemuan besar di antara umat islam
seluruh dunia.
§
Media untuk berkenalan dengan seluruh umat islam di
dunia dan menciptakan ukhuwah islamiyah.
§
Mewujudkan persamaan di antara mereka.
§
Media untuk berunding dan bermusyawarah memikirkan
kepentingan agama dan umat islam.
b. Dari segi
nash hadits
§
Memberikan jaminan masuk surga
§
Diampuni dosa-dosanya.
§
Memudahkan diterimanya doa.
§
Mendapat rahmat Allah.
H. Pola Berpikir Filosofis
Berfikir merupakan hal yang lazim dilakukan oleh semua
orang, tidak hanya dari kalangan tertentu saja, tapi semua kalangan masyarakat.
Tapi tidak semua dari mereka yang berfikir filsafat dalam kehidupan
sehari-harinya. Berfikir filsafat sangatlah penting untuk semua orang dalam
rangka menjalani aktivitas sehari-hari, atau untuk mencari solusi bagi sebuah
permasalahan. Jika ditelaah secara mendalam, begitu banyak manfaat, serta pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin orang lain tidak pernah memikirkan jawabannya. Karena filsafat
merupakan induk dari semua ilmu. Beberapa manfaat mahasiswa berfikir filsafat,
yaitu mengajarkan cara berpikir kritis, sebagai dasar dalam mengambil
keputusan, menggunakan akal secara proporsional, membuka wawasan berpikir
menuju kearah penghayatan, dan masih banyak lagi. Itulah sebabnya mengapa
setiap mahasiswa diharapkan untuk selalu berfikir filsafat kapanpun, dimanapun,
dan dalam situasi apapun ia berada. Apalagi seorang Hakim yang harus selalu
berfikir filsafat radikal, universal, konseptual, koheren/konsisten, dan
sistematis dalam memutuskan suatu perkara.
Berfilsafat itu berarti berpikir, tapi berpikir itu
tidak berarti berfilsafat. Hal ini disebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir
artinya dengan bermakna dalam arti berpikir itu ada manfaat, makna, dan
tujuannya, sehingga mudah untuk direalisasikan dari berpikir itu karena sudah
ada acuan dan tujuan yang pasti/sudah ada planning dan contohnya, dan yang paling
utama hasil dari berpikir itu bermanfaat bagi orang banyak, tapi berpikir tidak
berarti berfilsafat, karena isi dari berpikir itu belum tentu bermakna atau
mempunyai tujuan yang jelas atau mungkin hanya khayalan saja.
Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam,
maksudnya untuk mencari kebenaran substansial atau kebenaran yang sebenarnya
dan mempertimbangkan semua aspek, serta menuntun kita untuk mendapatkan
pemahaman yang lengkap.
21
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Uraian diatas menunjukkan kepada kita betapa
besar sumbangan peradaban Islam terhadap pengembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan, yang kita kenal sekarang. Meskipun sampai saat ini masih terdapat
kecenderungan untuk menafikan pengaruh peradaban Islam terhadap perkembangan
filsafat dan ilmu pengetahuan
Semangat mencari kebenaran yang
dirintis oleh pemikir Yunani dan hampir padam oleh karena jatuhnya Imperium
Romawi, hidup kembali dalam kebudayaan Islam. Will Durant menyatakan bahwa jika
orang Yunani adalah Bapak Metode Ilmiah, maka kaum muslimin adalah Bapak Angkat
Metode Ilmiah. Metode Ilmiah diperkenalkan ke dunia barat oleh Roger Bacon
(1214 – 1294) dan selanjutnya dimantapkan sebagai paradigma ilmiah oleh Francis
Bacon (1561 – 1626).
Semangat para filosof dan ilmuwan
Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tidak lepas dari semangat ajaran
Islam, yang menganjurkan para pemeluknya belajar segala hal, sampai ke Negeri
Cina sekalipun, sebagaimana perintah Allah SWT dalam Al Qur’an dan hadits Nabi
Muhammad SAW.
Semangat belajar tak pernah lepas dari
barat yang terus menerus mengevaluasi kekayaan ilmiahnya. Islam yang pernah
Berjaya melebihi peradaban apapun seharusnya dapat meningkatkan kapasitas
keilmuan di kancah Internasional, sehingga klaim-klaim bahwa barat membutuhkan
timur (baca: Islam) dalam kemajuan intelektual mereka. Tanpa Islam, sulit
rasanya membayangkan barat masih merangkak dalam kungkungan masa kegelapan
mereka, tanpa adanya pedoman dari Islam.
Proses dialektis kelimuan
antar-peradaban inilah yang menjadikan proses kemajuan peradaban manusia terus
menuju arah yang lebih baik. Klaim bahwa disiplin ilmu tertentu berasal dari
timur, dan beberapa disiplin ilmu lain berasal dari barat hendaknya dipahami
dalam konteks kekinian, sebagai pelecut semangat bagi generasi sekarang untuk
terus berusaha menuju kejayaan keilmuan demi terwujudnya kehidupan yang lebih
baik bagi umat manusia.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,
Zainal. 2011. Pengantar filsafat barat. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada
Asy’arie,
Musa. 2002. Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir. Yogyakarta
: LESFI
Nasution,
Hasyimsyah. 1999. Filsafat Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama
http://makalahe19.blogspot.co.id/2015/02/makalah-filsafat-islam-filsafat-islam.html
http://islammakalah.blogspot.co.id/p/pengertian-filsafat_30.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar