Minggu, 18 Mei 2014

LET'S MOVING



LET’S MOVING

            Aku telah jenuh, dan mungkin ini mencapai titik jenuh. Aku tak tahan lagi. Sudah habis batas kesabaranku mempertahankan. Aku lelah, aku ingin lepas dan bebas dari jerat perasaanku sendiri. Yang kukira membuat bahagia, ternyata semakin menyiksa dan membelenggu. Telah bosan. Ingin ku akhiri segalanya sekarang. Cukup bertahun-tahun kunikmati rasa menyenangkan sekaligus menggelisahkan.
Mungkin keputusanku ini terlalu cepat, tak akurat dan tergesa-gesa. Namun aku tak ingin terus-menerus menunggu jawaban yang tak pasti. Perasaanku bukan mainan. Ini masalah hati. Yang juga ada batas kadaluarsa. Dan mungkin hari kadaluarsa itu telah dekat. Aku sungguh sangat amat bosan dengan sikapmu yang sedingin es kutub itu padaku. Tak sepentingkah aku dimatamu ? 
Oke aku sadar aku ini bukan siapa-siapa. Aku tak ada hak untuk membuatmu suka denganku. Bahkan menjatuhkan hatimu atas diriku itu sangat mustahil. Tapi apa aku tidak berhak mendapat sedikit kepastian. Mana ? Tidak kan ?
Kamu tak pernah sekali saja mengerti dan memahami suatu rasaku padamu. Tapi apa balasanmu ?  Berkali-kali aku tersakiti atas sikapmu ? Tidak sadarkah kamu akan hal ini ? Kekecewaanku mungkin telah memuncak. Ya aku marah padamu. Aku ingin segera pergi jauh dari kehidupanmu. Tak ingin kudengar lagi desas-desus tentangmu lagi. Cukup perasaanku yang jadi korban, tapi tidak untuk masa depanku. Aku tak sabar ingin angkat kaki dari kota ini. Kota tempat tinggalmu. Kota dimana pertama kali aku bertemu denganmu.
Move on, ya itulah yang coba kulakukan sekarang. Bergerak ke depan dan anti menengok ke belakang. Kamu hanya masa laluku, masa lampauku. Aku bersyukur jika telah bertahun-tahun aku dan kamu tak bertemu lagi. Itu menjadi peluang terbesarku melepas semua kenangan masa lalu ketuka masih sering bertemu denganmu. Aku mundur atas semua ini. Aku tak mempunyai hasrat lagi untuk menyukaimu. Toh itu juga akan sia-sia kan ?
Maaf jika sekarang aku lebih memilih menghindar darimu. Daripada perasaanku terus tersiksa secara tidak langsung. Namun tak terpungkiri juga masih ada sisa dari rasa itu sendiri. Selamat Tinggal. Kuharap setelah kepergianku, kamu bahagia ! Dan akupun juga.

Selasa, 13 Mei 2014

Kehilanganmu



Kehilanganmu
Aku tak mengerti ini. Rasa yang dulu pernah aku buang, aku pungut lagi. Untuk seseorang yang menjadi cinta pertamaku. Yang pertama membuat luluh dan gugup di depannya. Tapi sayangnya, orang itu tak tau atau pura-pura tak peduli. Rasa jatuh cinta yang dulu berlangsung masih kurasa sampai sekarang. Aku masih menyukainya. Bahkan dia telah lama pergi, memori beberapa tahun yang lalu masih teringat jelas di otakku. Aku tak tau harus bagaimana sekarang. Apa aku harus menunggu sampai dia datang ? Atau aku harus move on ? Aku bingung. Jujur rasa itu tak pernah berubah sekecil apapun.
Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Jika dia bukan jodohku, kenapa sampai sekarang tak hilang bayangnya dalam pikiranku. Aku tak mau salah orang. Tapi kenapa juga harus dia , orang yang aku sukai.
Aku sadar aku memang salah. Dulu aku bersikap dingin dan mungkin juga tak pernah menganggap dia ada. Tapi justru setelah dia pergi dari kehidupanku, aku merasa kehilangan. Bagai kehilangan dari separuh diriku. Aku sedih menerima kenyataan bahwa dia benar-benar pergi. Mungkin hal ini tak pantas aku lakukan. Dia bukan-bukan siapa-siapaku. Aku tak punya status selain teman dengannya. Tak dapat dipungkiri jauh dalam benakku, aku membutuhkannya. Aku merasa telah kehilangan sosoknya. Yang dulu menjadi bagian dari hari-hariku, tapi sekarang ?
Aku tak punya kapasitas sayang yang lebih dalam diriku. Apa aku tak salah jika menjatuhkan sayang itu padanya. Apa mungkin dia sadar. Bertahun-tahun aku mempertahankan ini. Hanya satu dia orang asing yaang pertama kali aku sayang. Apa aku tak sia-sia jika nantinya dia tak memiliki rasa yang sama denganku. Aku takut itu semua.
Kini dia menghilang, dan jujur aku sangat merindukannya. Sangat amat merindukannya.  Andai sekali saja bertemu dan bertatap muka sebelum aku benar-benar pergi. Karena aku masih menyukainya, menyayanginya, mencintainya.

Selasa, 06 Mei 2014

Dialog Jawa Parikan



DIALOG PARIKAN WANGSALAN

Eka                  : Assalamualaikum.
Winda             : lha kok njanur gunung kuwe tekan kene ?
Eka                  : mau seko ngeterke adikku latihan, mampir sisan
Winda             : oalah, adikmu latihan apa ?
Eka                  : latihan gamelan ing sekolahanne
Winda             : ono opo kuwe mrene ?
Eka                  : aku mung pengen nggentha dara kuwe
Winda             : hah ? Opo kuwi tegese nggentha dara ?
Eka                  : mosok kuwe ora reti ? Iku lo, aku mung pengen nyawang kuwe
Winda             : oalah, kuwe kangen karo aku yo ?
Eka                  : haha ora, aku mung guyon.
Winda             : o yo, kowe wis garap tugas basa jawa ?
Eka                  : wis tak garap.
Winda              : Awan-awan aja keluyuran, ana pak mantri numpak sekuter. Kapan-kapan   aku keturutan, duwe kanca sinaunĂ© pinter.
Eka                  : Ngasah arit, nganti landhep. Dadi murid, kudu sregep.
Winda             : Tuku oleh-oleh, menyang rantau. Muga-muga kabeh, tambah sregep sinau.
Eka                  : o yo Win, aku bali sek yo. Isih akeh garapanku nang omah.
Winda             : Yo, ati-ati.
Eka                  : Assalamualaikum.
Winda             : Waalaikumsalam.